google.com, pub-7586912727531913, DIRECT, f08c47fec0942fa0 Pasar Tunggu Dua "Bom Waktu", Keputusan Suku Bunga dan Nasib Pimpinan The Fed

Advertisement

Pasar Tunggu Dua "Bom Waktu", Keputusan Suku Bunga dan Nasib Pimpinan The Fed

04 Desember 2025

 

Ilustrasi.


ANTARAsatu.com | MEDAN - Pasar finansial menaruh perhatian penuh pada dua agenda besar yang dinilai menjadi “bom waktu”. Yakni keputusan suku bunga The Federal Reserve (The Fed) dan spekulasi pergantian Gubernur The Fed.


Kedua faktor ini disebut berpotensi mengguncang pasar dalam waktu dekat. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali melanjutkan penguatan pada perdagangan Kamis (4/12), dibuka di zona hijau pada level 8.646.


Pergerakan IHSG sejalan dengan bursa Asia yang bergerak mixed akibat minimnya katalis ekonomi. IHSG diproyeksikan bergerak terbatas dalam rentang 8.620–8.670 sepanjang hari.


Di sisi eksternal, pasar kembali dihadapkan pada pelemahan data ekonomi Amerika Serikat (AS). Data ADP non-farm employment change untuk November menunjukkan kontraksi 34 ribu.


"Menambah deretan indikator yang memperkuat peluang pemangkasan suku bunga acuan The Fed pada pekan depan," kata Ekonom Universitas Islam Sumatera Utara (UISU) Gunawan Benjamin, di Medan, Kamis (4/12).


Dia menilai melemahnya data tenaga kerja memberikan ruang penguatan bagi Rupiah. Namun mata uang Garuda justru memulai perdagangan dengan melemah tipis ke Rp16.630 per dolar AS.


"Potensi Rupiah menguat tetap terbuka, terutama karena USD Index turun ke level 98,95," ujarnya.


Rupiah pada hari ini menurut dia berpeluang bergerak dalam rentang Rp16.600–Rp16.650 per dolar AS. Sementara itu harga emas dunia tercatat mengalami koreksi teknikal ke level US$4.205 per ons troy, atau berada di kisaran Rp2,25 juta per gram.


Emas sempat menguat tajam sebelumnya menyusul ekspektasi kebijakan dovish The Fed. Gunawan menjelaskan, harga emas berpotensi kembali menguat jika pemangkasan bunga acuan benar-benar diumumkan.


Pelaku pasar tidak hanya menunggu keputusan suku bunga. Namun juga arah kebijakan moneter ke depan serta spekulasi terkait kemungkinan pergantian pimpinan The Fed.


"Kedua isu tersebut disebut menjadi faktor yang paling menentukan arah pasar dalam beberapa hari ke depan," ujar Gunawan.