google.com, pub-7586912727531913, DIRECT, f08c47fec0942fa0 Motor Penggerak Lemah, Prospek Ekonomi Sumut di 2026 masih Berat

Advertisement

Motor Penggerak Lemah, Prospek Ekonomi Sumut di 2026 masih Berat

25 Desember 2025

 

Ilustrasi.


ANTARAsatu.com | MEDAN - Kinerja ekonomi Sumut menunjukkan perlambatan dan diproyeksikan masih menghadapi tantangan berat hingga 2026. Perlambatan terjadi seiring dengan melemahnya sejumlah motor penggerak utama.


Perlambatan tersebut tercermin dari pertumbuhan ekonomi Sumut pada kuartal III 2025 yang hanya mencapai 4,55% secara tahunan (year on year/yoy). Angka itu jauh lebih rendah dibandingkan dengan kuartal III 2024 yang mencapai 5,2%.


Ekonom Universitas Islam Sumatera Utara (UISU) Gunawan Benjamin mengatakan, melambatnya pertumbuhan ekonomi Sumut tidak terlepas dari hilangnya belanja besar yang sebelumnya menjadi penopang. Pada 2024, Sumut masih menikmati dorongan belanja Pekan Olahraga Nasional dan Pemilu.


"Kedua event itu tidak berulang setiap tahun sehingga dampaknya tidak lagi dirasakan pada 2025," ungkapnya, Kamis (25/12).


Selain itu, kebijakan efisiensi anggaran yang diterapkan secara nasional turut menekan laju pertumbuhan ekonomi di daerah. Kondisi tersebut diperburuk oleh bencana alam yang melanda wilayah Tapanuli dan Kabupaten Langkat.


Kondisi itu dinilai berpotensi memberikan tekanan tambahan terhadap pertumbuhan ekonomi Sumut pada kuartal IV 2025. Dengan berbagai tekanan tersebut ekonomi Sumut pada 2025 diproyeksikan tumbuh melambat di kisaran 4,6% hingga 4,8%.


"Proyeksi ini lebih rendah dibandingkan dengan realisasi pertumbuhan ekonomi Sumut pada 2024 yang mencapai sekitar 5,1%," terangnya.


Ke depan, salah satu harapan baru untuk menopang pertumbuhan ekonomi Sumut datang dari realisasi program makan bergizi gratis (MBG). Program ini berpotensi menciptakan belanja besar di daerah.


Proyeksi itu seiring dengan rencana pemerintah untuk meningkatkan jumlah dapur MBG hingga sekitar 1.700 unit pada 2026. Lebih dari dua kali lipat dari realisasi saat ini yang masih berkisar 700 unit.


Meski demikian, tantangan tetap membayangi. Transfer anggaran dari pemerintah pusat ke daerah yang mengalami penurunan dinilai masih menjadi beban bagi pertumbuhan ekonomi Sumut.


"Kebijakan anggaran di tingkat pusat yang bersifat politis juga berpotensi menekan ruang fiskal daerah pada tahun mendatang," ujarnya.


Dari sisi sektor usaha, kinerja industri pengolahan di Sumut, khususnya yang menghasilkan komoditas berorientasi ekspor, diproyeksikan relatif stabil namun cenderung melambat. Kondisi ini sejalan dengan ekonomi global yang belum menunjukkan pemulihan signifikan.


Ekonomi global juga masih dibayangi ketegangan geopolitik yang berpotensi menekan pertumbuhan ekonomi dunia. Sementara itu, rencana pemerintah untuk mendorong pengembangan energi berbasis minyak kelapa sawit melalui program biodiesel B50 hingga saat ini masih dinilai sebatas harapan.


"Program itu belum memberikan dampak nyata terhadap perekonomian daerah," imbuhnya.


Secara keseluruhan, Gunawan menilai tantangan pertumbuhan ekonomi Sumut pada 2026 masih tergolong berat. Meski terdapat motor penggerak baru melalui program MBG, tetapi perlambatan di sejumlah sektor usaha serta ketidakpastian ekonomi global sewaktu-waktu bsrpotensi menggerus kinerja ekonomi Sumut.