ANTARAsatu.com | SIGI - Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Desa Pulu, Kecamatan Dolo Selatan, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, memproduksi sabun sereh wangi Tumbavani sebagai upaya menggerakkan ekonomi warga pasca bencana. Produk ini dirintis dari budidaya sereh wangi yang ditanam masyarakat dalam program restorasi lahan pascabanjir bandang.
"Tanaman sereh wangi kami pilih karena panennya cepat dan bahan bakunya mudah diperoleh," ujar Nedya Sinintha Maulaning, Ketua Gampiri Interaksi Lestari, belum lama ini.
Sabun merek Tumbavani berbahan minyak sereh wangi ini dikelola sepenuhnya oleh BUMDes Desa Pulu. Produksi melibatkan kaum muda dan ibu rumah tangga yang tinggal di sekitar wilayah desa.
Para pelaku produksi memperoleh pelatihan dari Mercy Corps Indonesia sejak masa tanggap darurat pada 2021. Pendampingan berlanjut hingga masa pemulihan berakhir pada 2024.
Pada tahun yang sama, pelaku usaha juga mengikuti program inkubasi bisnis selama delapan bulan. Gampiri Interaksi Lestari mendampingi proses produksi dan memperkuat pengembangan produk.
Keamanan sabun dijaga lewat penggunaan bahan-bahan alami seperti sereh wangi dan daun kelor. Formulasi tersebut memberi sensasi segar, sekaligus manfaat kesehatan bagi kulit.
BUMDes menyasar pasar lokal dan pariwisata sebagai jalur distribusi awal. Produk Tumbavani kini dijajakan dalam berbagai pameran UMKM dan ekshibisi kewirausahaan di Sulawesi Tengah.
Nama "Tumbavani" diambil dari bahasa Kaili yang berarti "kebangkitan bersama". Filosofi itu mencerminkan semangat pemulihan ekonomi setelah bencana.
Sabun herbal ini masuk dalam skema pemberdayaan ekonomi lestari berbasis sumber daya lokal. Strategi ini sejalan dengan agenda keberlanjutan yang diusung pemerintah daerah.
Produksi skala kecil menjadi kekuatan utama karena padat karya dan tidak bergantung pada mesin industri. Setiap batch sabun dicetak dan dikemas secara manual untuk menjaga kualitas.
Dalam jangka panjang, produk ini diproyeksikan menjadi identitas lokal yang mendongkrak nama Desa Pulu di sektor wirausaha. BUMDes pun tengah menjajaki kerja sama distribusi dengan toko oleh-oleh dan ritel lokal.
Pemerintah desa menilai inisiatif ini mampu mengurangi angka pengangguran. Pelibatan ibu rumah tangga dalam produksi juga memperkuat peran perempuan dalam ekonomi desa.