Ilustrasi/gapki.id
ANTARAsatu.com | MEDAN - Ekonomi Sumut tumbuh 4,69% secara tahunan pada kuartal kedua 2025. Pertumbuhan ini didorong oleh kinerja ekspor minyak kelapa sawit dan sektor transportasi.
Produksi dan permintaan ekspor minyak kelapa sawit meningkat selama kuartal kedua. Pertumbuhan ini terjadi meski sempat muncul kekhawatiran atas kebijakan tarif resiprokal Amerika Serikat sebesar 32%.
"Sumut diuntungkan karena Malaysia mengalami gangguan produksi sawit. Saat itu, rendemen minyak kelapa sawit (CPO) Malaysia diproyeksikan hanya berkisar 14%," ungkap Gunawan Benjamin, Ekonom Universitas Islam Sumatera Utara, di Medan, Kamis (7/8).
Permintaan sawit dari Sumut meningkat tajam akibat kondisi tersebut. Sektor transportasi dan pergudangan ikut terdorong oleh lonjakan ekspor tersebut.
Sektor usaha industri pengolahan juga menunjukkan perbaikan pada kuartal kedua. Aktivitas pertanian dan perkebunan mengalami peningkatan akibat lonjakan permintaan ekspor.
Transportasi dan pergudangan menjadi penopang pertumbuhan ekonomi Sumut terbesar pada kuartal ini. Kinerja sektor ini mengalami perbaikan seiring meningkatnya aktivitas logistik.
Meski Ramadan dan Idulfitri terjadi pada kuartal pertama 2025, konsumsi masyarakat tidak terlalu terlihat. Belanja masyarakat justru terganggu oleh fenomena "Rojali" dan "Rohana" yang menekan omzet penjualan barang dan jasa.
Kondisi ini membuat pertumbuhan ekonomi kuartal pertama kurang optimal. Dampaknya terlihat pada daya beli yang stagnan selama periode perayaan tersebut.
Gunawan menilai pertumbuhan ekonomi Sumut yang membaik pada kuartal kedua terbilang wajar. Kinerja sektor-sektor utama memang biasanya mengalami peningkatan dibanding kuartal sebelumnya.
Pada kuartal ketiga 2025, ekonomi Sumut diperkirakan tumbuh di rentang 4,6% hingga 4,8% secara tahunan. Industri pengolahan, transportasi dan pertanian masih menjadi penopang utama.
Kebijakan tarif AS dianggap menguntungkan Indonesia dibanding Malaysia sebagai produsen sawit. Industri berbasis komoditas unggulan di Sumut berpotensi tetap tumbuh dalam jangka pendek.
Komoditas sawit dinilai mendapatkan posisi strategis dalam kebijakan tarif AS. Sumut memiliki peluang memertahankan laju pertumbuhan di zona positif selama kebijakan ini berlaku.
Sementara itu, perdagangan besar dan eceran serta akomodasi makanan dan minuman diperkirakan menguat pada kuartal keempat. Aktivitas konsumsi berpotensi meningkat menjelang akhir tahun.
Dari sisi pengeluaran, belanja pemerintah diperkirakan naik pada kuartal ketiga dan keempat. Peningkatan ini sejalan dengan pemberian berbagai insentif fiskal menjelang tutup tahun.
Meski demikian, kontribusi sawit terhadap PDRB Sumut diperkirakan masih tetap signifikan. Sektor ini masih menjadi motor penggerak utama perekonomian daerah.