google.com, pub-7586912727531913, DIRECT, f08c47fec0942fa0 Dari Tanah Sergai, Fahri Angkat Medali Emas Kejurnas dan Semangat Anak Yatim

Advertisement

Dari Tanah Sergai, Fahri Angkat Medali Emas Kejurnas dan Semangat Anak Yatim

09 Agustus 2025

 

M. Fahri Syahputra (tengah).


ANTARAsatu.com | Deru sorak memenuhi GOR Veteran Medan, Sumatra Utara. Di tengah panggung kehormatan Kejuaraan Nasional (Kejurnas) Angkat Berat, M. Fahri Syahputra berdiri tegap. Di lehernya, medali emas berkilau, simbol keberhasilan yang tak hanya lahir dari otot dan tenaga, tetapi juga dari keteguhan hati.


Fahri datang dari Tanjung Beringin, Kabupaten Serdang Bedagai (Sergai), sebagai wakil Sumut. Ia bukan atlet dengan fasilitas latihan mewah. Ia adalah anak yatim piatu yang tumbuh di tengah keterbatasan. Namun, di balik sunyinya rumah tanpa orangtua, Fahri menempa kekuatan—bukan hanya di tubuhnya, tetapi juga di dalam tekadnya.


Prestasinya di Kejurnas ini menjadi bagian dari sejarah baru. Untuk pertama kalinya, Perkumpulan Angkat Berat Seluruh Indonesia (PABERSI) menggelar Kejurnas di Sumut, diikuti 15 provinsi. Dari Sergai, tiga atlet terpilih. Dua di antaranya, Fahri dan Eva Indira, pulang membawa medali emas.


"Kami dukung optimal sejak seleksi di Kejurkab hingga Kejurnas. Prestasi Fahri membuktikan bahwa keterbatasan tidak menghalangi seseorang meraih prestasi," kata Ipda Brimen Sihotang, Wakapolsek Tanjung Beringin, Sabtu (9/8), yang sejak awal mengawal langkah Fahri.


Ketua PABERSI Sergai, Zulfikar Ridho, menyebut kemenangan ini sebagai tonggak penting.


"Alhamdulillah, ini prestasi terbaik kita di Kejurnas. Semoga menjadi awal untuk jam terbang lebih banyak bagi atlet kita," ujarnya.


Bagi Fahri, podium emas di Kejurnas bukan perjalanan singkat. Beberapa pekan sebelumnya, ia sudah menunjukkan taringnya di Kejuaraan Kabupaten Angkat Berat 2025 di Pantai Cermin, Sergai. Tanpa pelatih pribadi, tanpa peralatan canggih, ia berlatih di sela-sela waktu sekolah, hanya bersenjatakan keyakinan dan semangat.


Setiap tetes keringat yang jatuh adalah modal untuk mengangkat beban lebih dari sekadar besi. Ia mengangkat beban stigma, bahwa anak yatim piatu harus puas hidup dalam keterbatasan.


“Prestasi ini bukan hanya untuk saya, tapi untuk semua anak yang percaya bahwa mimpi itu gratis dan bisa diwujudkan,” kata Fahri singkat.


Kini, nama Fahri bergema tak hanya di arena olahraga. Ia menjadi inspirasi bagi anak-anak Sergai, dan mungkin, anak-anak lain di seluruh Indonesia, bahwa kekuatan terbesar bukan datang dari apa yang dimiliki, melainkan dari hati yang tak mau menyerah.