google.com, pub-7586912727531913, DIRECT, f08c47fec0942fa0 Buku-Buku Baru Menyapa Desa: Literasi Didorong dari Pinggiran Tapanuli Utara

Advertisement

Buku-Buku Baru Menyapa Desa: Literasi Didorong dari Pinggiran Tapanuli Utara

17 Juli 2025

 


ANTARAsatu.com | TAPUT - Buku-buku baru mulai mengisi rak perpustakaan desa di Tapanuli Utara sejak pertengahan Juli 2025. Bantuan dari Perpustakaan Nasional itu dikirim ke 46 titik di wilayah yang sebagian belum terlayani perpustakaan tetap.


Perpustakaan Nasional menetapkan 41 Perpustakaan Desa, 2 Taman Bacaan Masyarakat, dan 3 Perpustakaan Rumah Ibadah sebagai penerima program literasi nasional tahun ini. Setiap lokasi mendapatkan 1.000 buku dan satu rak untuk memperkaya koleksi bacaan yang bisa diakses warga.


Program Transformasi Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial (TPBIS) ini menargetkan tumbuhnya budaya baca dari pinggiran. Perpustakaan tak lagi sekadar tempat meminjam buku, tetapi menjadi pusat pembelajaran dan ruang tumbuh kreativitas warga.


Pengiriman bahan bacaan dimulai secara bertahap sejak Senin, 14 Juli 2025. Seluruh lokasi tersebar di 11 kecamatan: Tarutung, Pahae Jae, Pahae Julu, Purbatua, Parmonangan, Pagaran, Siborongborong, Muara, Garoga, Sipahutar, dan Pangaribuan.


"Upaya ini diharapkan dapat meningkatkan minat baca masyarakat, khususnya anak-anak dan remaja," kata Julia Theresia Nainggolan, Kepala Bidang Perpustakaan Kabupaten Tapanuli Utara, Kamis (17/7).


Pihak dinas menyebut literasi sebagai kunci lahirnya generasi cerdas, kritis, dan siap bersaing. Pemerintah Kabupaten Tapanuli Utara berharap peran perpustakaan makin signifikan sebagai alat pemberdayaan masyarakat.


Untuk menjangkau wilayah yang belum memiliki perpustakaan tetap, Pemkab Tapanuli Utara juga mengoperasikan Mobil Perpustakaan Keliling. Armada ini melintasi desa-desa terpencil dengan membawa puluhan koleksi bacaan untuk anak dan dewasa.


Layanan keliling ini menjadi tulang punggung gerakan membaca di kecamatan yang masih minim fasilitas. Sebagian besar titik yang dilayani berada jauh dari akses pendidikan dan jaringan internet.


Kondisi perpustakaan desa di Tapanuli Utara sebelumnya jauh dari ideal. Banyak ruang baca berdinding papan dengan koleksi yang usang dan tak diperbarui bertahun-tahun.


Program TPBIS menjadi angin segar bagi pengelola dan masyarakat yang rindu akan bacaan bermutu. Buku-buku baru yang tiba pun tidak hanya berisi pelajaran, tapi juga keterampilan, pertanian, kesehatan, hingga pengembangan diri.


Literasi kini tak lagi berbatas ruang. Dengan pendekatan inklusif, perpustakaan menjadi ruang terbuka bagi seluruh warga tanpa memandang usia, gender, atau latar belakang sosial.


Menurut Dinas Perpustakaan Tapanuli Utara, kunjungan ke lokasi-lokasi bacaan meningkat dalam dua tahun terakhir. Antusiasme itu diperkuat oleh kegiatan pendukung seperti lomba cerita, pelatihan komputer, hingga diskusi komunitas.


Di tengah keterbatasan, Pemkab Tapanuli Utara mencoba merangkai solusi lewat kolaborasi lintas sektor. Bekerja sama dengan sekolah, gereja, dan komunitas lokal, program literasi menjangkau lebih banyak warga di akar rumput.


Gerakan literasi desa juga dinilai strategis untuk memutus siklus keterbatasan informasi di wilayah pedesaan. Dengan akses buku yang memadai, masyarakat desa bisa memperkaya pengetahuan dan membuka peluang ekonomi baru.


Semangat ini sejalan dengan misi TPBIS untuk menjadikan perpustakaan sebagai pusat pemberdayaan berbasis inklusi. Setiap buku yang dibaca diharapkan bisa menjadi pijakan perubahan kecil di tingkat lokal.


Tapanuli Utara menjadi salah satu daerah di Sumatera Utara yang menunjukkan geliat literasi dari bawah. Dengan bantuan sistematis dan terarah, budaya membaca mulai tumbuh pelan-pelan di antara warga desa.