google.com, pub-7586912727531913, DIRECT, f08c47fec0942fa0 Harga Cabai Diprediksi Melonjak Akibat Tekanan Pasokan dan Permintaan Lesu

Advertisement

Harga Cabai Diprediksi Melonjak Akibat Tekanan Pasokan dan Permintaan Lesu

22 Juni 2025

 

Perdagangan cabai di salah satu pasar tradisional di Sumut.

ANTARAsatu.com | MEDAN - Harga cabai merah dan rawit di Sumut terus menurun menjelang akhir pekan ini. Penurunan ini diprediksi bersifat sementara karena tekanan pasokan dan stagnasi permintaan masih membayangi pasar hingga akhir tahun.


"Jika tak ada lonjakan permintaan signifikan, harga cabai akan sulit beranjak dari level murah saat ini," ungkap Gunawan Benjamin, Pengamat Ekonomi Sumatera Utara, Minggu (22/6).


Harga cabai merah saat ini hanya berkisar Rp16 ribu per kilogram di sejumlah sentra pasar di Sumut. Tren penurunan harga juga menyasar komoditas cabai rawit yang kini berada pada kisaran Rp20 ribu per kilogram.


Harga cabai rawit sempat menyentuh angka Rp23 ribu per kilogram pada hari sebelumnya. Namun pada akhir pekan ini tekanan suplai menyebabkan harganya kembali melemah.


Kondisi serupa terjadi pada cabai hijau yang berada di rentang harga Rp15 hingga Rp16 ribu per kilogram. Meski terlihat stabil, harga ini berada jauh di bawah rata-rata harga pada kuartal pertama tahun ini.


Gunawan Benjamin menilai, peningkatan produksi lokal menjadi penyebab utama pelemahan harga. Dia menyebut suplai cabai dari Sumut akan terus meningkat hingga September mendatang.


Namun, peningkatan produksi tersebut belum diimbangi dengan lonjakan permintaan dari luar daerah. Menurutnya, Sumut belum melihat permintaan yang besar dari wilayah lain seperti Riau dan Jambi.


Permintaan dari luar daerah baru akan muncul mulai pertengahan Juli. Dia berharap tren tersebut bisa mendorong harga kembali ke kisaran Rp30 hingga Rp40 ribu per kilogram.


Jika permintaan gagal meningkat signifikan, harga cabai diperkirakan tetap tertekan. Apalagi belanja rumah tangga terhadap protein hewani, seperti daging ayam dan sapi, juga mengalami penurunan.


Penurunan konsumsi protein ikut menurunkan kebutuhan akan komoditas pelengkap seperti cabai. Gunawan menilai fenomena ini turut memperlemah kekuatan permintaan secara keseluruhan.


Faktor cuaca juga menjadi perhatian tersendiri. Musim kemarau dikhawatirkan menekan produksi secara sporadis menjelang akhir tahun.


Jika pasokan terganggu sementara permintaan tetap rendah, harga cabai bisa melonjak di kuartal keempat. Harga cabai berpotensi mahal jika sisi produksi tersendat sementara konsumsi tidak menunjukkan pemulihan.


Meski saat ini harga tampak murah, kondisi tersebut diprediksi tidak akan berlangsung lama. Gunawan menyebut, stabilitas harga sangat bergantung pada keseimbangan antara suplai, cuaca dan daya beli masyarakat.


"Dengan sejumlah faktor fundamental yang saling bertentangan, harga cabai di Sumut berpotensi menghadapi gejolak," pungkasnya.