google.com, pub-7586912727531913, DIRECT, f08c47fec0942fa0 Waspada Inflasi, Petani Cabai Sumut Gagal Panen akibat Bencana

Advertisement

Waspada Inflasi, Petani Cabai Sumut Gagal Panen akibat Bencana

29 Desember 2025

 

Lahan pertanian rusak diterjang banjir dan tanah longsor di Desa Sibalanga, Tapanuli Utara, Sumut, pada Selasa (25/11).


ANTARAsatu.com | MEDAN - Bencana banjir dan longsor yang melanda Aceh, Sumatra Utara dan Sumatra Barat pada akhir November lalu memicu kegagalan panen cabai di sentra produksi. Gangguan distribusi dan kerusakan lahan membuat pasokan cabai terganggu meski harga di tingkat konsumen terlihat murah.


"Harga cabai merah di Sumut yang bertahan di kisaran Rp20.000 per kilogram belum mencerminkan kondisi produksi sebenarnya. Banyak hasil panen di Aceh tertahan karena jalur distribusi belum pulih sepenuhnya," ungkap Ekonom Universitas Islam Sumatera Utara (UISU) Gunawan Benjamin, Senin (29/12).


Menurut Gunawan, petani mengalami kerugian karena tidak mampu memanen tanaman cabai yang terdampak bencana. Akses jalan yang terputus membuat hasil produksi tidak terserap pasar, sementara kondisi keuangan petani memburuk dan menghambat kemampuan mereka menanam kembali.


Bencana juga memaksa petani di sejumlah daerah di Sumut seperti Batubara, Deliserdang, Langkat dan Serdangbedagai melakukan tanam ulang. Proses tanam menjadi mundur dan jadwal panen ikut bergeser, sementara kebutuhan modal meningkat di tengah curah hujan yang masih tinggi dan berisiko memicu gagal tanam.


Gunawan menilai belum ada jaminan seluruh lahan pertanian yang terdampak akan kembali ditanami cabai. Sebagian lahan berpotensi beralih fungsi atau tidak lagi layak ditanami, yang dapat menekan produksi pangan pada tahun depan.


Perubahan jadwal tanam turut mengacaukan pola panen dan membuat pasokan sulit diproyeksikan. Ketidakpastian ketersediaan barang ini dinilai akan menyulitkan upaya pengendalian inflasi.


Gunawan memperkirakan ketidakseimbangan pasar akan berlangsung setidaknya hingga semester pertama 2026. Risiko inflasi tinggi berpotensi muncul pada momen permintaan besar seperti Ramadan dan Idulfitri, terutama untuk cabai, beras dan kebutuhan protein.


Dia mengingatkan, harga cabai berisiko melonjak tajam jika dampak bencana tidak diantisipasi sejak dini. Harga yang terlihat murah sekarang justru menyimpan tekanan besar di waktu mendatang.