ANTARAsatu.com | TAPANULI UTARA - Pemerintah Kabupaten Tapanuli Utara mendistribusikan 1,8 ton bantuan logistik kepada korban banjir di wilayah terisolir. Pengiriman dilakukan melalui tiga kali penerbangan helikopter, Jumat(5/12).
"Distribusi udara ini dilaksanakan secara bertahap sepanjang pagi hari untuk menjangkau desa-desa yang sulit diakses melalui darat," ungkap Bupati Tapanuli Utara Jonius Taripar Parsaoran (JTP) Hutabarat, Jumat (5/12).
Trip pertama lepas landas pada pukul 07.00 WIB menuju Torhonas, Kecamatan Adiankoting. Penerbangan ini membawa 600 kilogram bantuan berupa beras, supermie, makanan cepat saji, obat-obatan serta ikan asin/kering.
Kemudian trip kedua pada pukul 09.30 WIB menuju Pardomuan Nauli, Kecamatan Adiankoting, mengangkut 600 kilogram logistik serupa. Seperti beras, supermie, makanan cepat saji, ikan kering dan obat-obatan.
Lalu trip ketiga kembali menuju Pardomuan Nauli pada pukul 10.30 WIB. Penerbangan ini mengirim 600 kilogram barang bantuan tambahan yang terdiri dari beras, supermie, roti kering, gula dan minyak goreng.
"Pengjiriman ini dikoordinasikan langsung oleh Tim Penanganan Bencana Kabupaten Tapanuli Utara yang berkedudukan di Bandara Silangit," pungkas JTP.
Pemkab Taput masih terus berupaya memulihkan akses desa-desa yang terisolir dan menjangkau wilayah yang membutuhkan bantuan mendesak. Di Kecamatan Adiankoting, dua desa menjadi pusat pengungsian, yakni Sibalanga dan Lobu Pining.
Lima desa lainnya, Siantar Naipospos, Pardomuan Nauli, Pagaran Lambung II, Pagaran Lambung IV dan Pagaran Lambung III, masih belum dapat diakses karena tertutup longsor. Untuk sementara, bantuan logistik ke wilayah tersebut didistribusikan melalui jalur udara.
Adapun dua desa yang sebelumnya terisolir, Banuaij I dan Banuaij IV, kini sudah dapat dijangkau tim darat, begitu pula Pagaran Lambung I. Sementara itu, di Kecamatan Parmonangan, enam desa masih dalam kondisi terisolir akibat tertimbun material longsor dan kerusakan ruas jalan.
Desa yang belum dapat diakses meliputi Pertengahan, Hutatua, Manalu Purba, Baturarimo, Purba Dolok dan Hutajulu Parbalik. Medan yang curam dan tingginya risiko pergerakan tanah menjadi kendala utama dalam pembukaan akses darat.
Keterisolasian ini diperparah oleh banyaknya ruas jalan antar-desa yang rusak berat atau tertutup material longsor. Pemkab mengerahkan sejumlah alat berat untuk mempercepat pembersihan material, memulihkan jalur transportasi serta memastikan alur distribusi bantuan menjadi lebih lancar.
