google.com, pub-7586912727531913, DIRECT, f08c47fec0942fa0 Tragedi Berdarah di Sei Rotan Deliserdang Ternyata Dipicu Cemburu Sesama Jenis

Advertisement

Tragedi Berdarah di Sei Rotan Deliserdang Ternyata Dipicu Cemburu Sesama Jenis

14 November 2025

 

Tangkapan layar video kerumunan warga di depan rumah kontrakan saat jenazah AS akan dievakuasi.


ANTARAsatu.com | DELISERDANG - Cemburu buta dalam sebuah hubungan sesama jenis diduga menjadi pemicu tragedi percobaan pembunuhan yang berakhir dengan tindakan bunuh diri di Desa Sei Rotan, Deliserdang, Sumut. Hubungan khusus antara AK dan AS telah berlangsung selama tiga tahun sebelum berakhir dalam pergumulan berdarah.


"Motif penyerangan dipicu kecemburuan AS," ungkap Kapolrestabes Medan Kombes Jean Calvijn Simanjuntak, Jumat (14/11).


Penyidik telah menelusuri kasus dengan melakukan olah tempat kejadian dan memeriksa tujuh saksi. Saksi yang diperiksa mencakup teman satu rumah, bidan, kepala dusun, tetangga serta kakak korban.


Penyidik juga merekonstruksi sembilan adegan penting sebelum dan sesudah penyerangan terjadi sesuai temuan awal. Peristiwa bermula sekitar pukul 07.18 WIB, Sabtu (8/11), ketika AS terbangun dan mengambil gunting dari lemari dekat kamar mandi.


Dia masuk ke kamar tempat AK tidur bersama anaknya, Bunga, lalu membekap AK dengan bantal sebelum menusuk punggung, lengan dan perutnya berulang kali. Pergumulan di dalam kamar berlangsung sekitar sepuluh menit dan membuat keduanya terjatuh dari tempat tidur ke lantai.


Tangis Bunga membuat AK berhasil keluar kamar dan meminta pertolongan warga. Warga yang heboh di kawasan Gang Tarigan dan Jalan Pendidikan kemudian melaporkan kejadian itu ke kepala dusun sebelum polisi tiba di lokasi.


Setelah AK melarikan diri, AS mengunci pintu kamar dan melukai dirinya sendiri. Dia menusuk perutnya di depan cermin menggunakan gunting, lalu kembali menikam lehernya hingga meninggal dunia di atas tempat tidur.


AS ditemukan tewas bersimbah darah ketika warga masuk bersama petugas. Sebelumnya, Kanit Reskrim Polsek Tembung Iptu Parulian Sitanggang menyebut, rekaman CCTV menunjukkan AS lebih dulu menyerang AK sebelum mengakhiri hidupnya sendiri.


Polisi mengamankan barang bukti berupa gunting, memeriksa rekaman CCTV serta mengevakuasi jenazah AS ke Rumah Sakit Bhayangkara Medan. Namun keluarga menolak otopsi dan memilih membawa jenazah untuk dimakamkan.


Parulian menyebut perkara tidak dapat dilanjutkan karena pelaku telah meninggal dan tidak ada pihak ketiga yang terlibat. Warga sekitar mengatakan AS dan AK telah lebih dari setahun tinggal bersama di rumah kontrakan itu dan beberapa kali terdengar cekcok sebelum pertengkaran berakhir tragis.