Ilustrasi.
ANTARAsatu.com | MEDAN - Harga emas dunia bertahan kuat di kisaran US$4.485 per ons troi atau setara Rp2,43 juta per gram, ditopang pelemahan data ekonomi Amerika Serikat serta meningkatnya ketegangan geopolitik global. Sentimen tersebut menjaga emas tetap diminati sebagai aset lindung nilai di tengah ketidakpastian pasar keuangan.
Ekonom Universitas Islam Sumatera Utara (UISU) Gunawan Benjamin menilai, memburuknya sejumlah indikator ekonomi AS sebelumnya menjadi faktor utama yang menopang pergerakan harga emas.
"Bahkan secara teknikal, emas berpeluang menguji level resistance US$4.500 per ons troi dalam waktu dekat tanpa membutuhkan sentimen tambahan yang terlalu besar," ungkapnya di Medan, Selasa (23/12).
Gunawan menjelaskan, meningkatnya tensi geopolitik di sejumlah negara yang tengah berselisih cukup untuk mendorong harga emas menembus level psikologis tersebut. Ia menilai, fundamental emas saat ini masih positif dan berpeluang menahan tekanan harga dalam jangka pendek.
Sementara itu, pergerakan pasar keuangan domestik belum memberikan dorongan berarti terhadap perubahan harga aset. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan hari ini ditutup melemah 0,71% di level 8.584,782, berlawanan dengan mayoritas bursa saham Asia yang justru bergerak menguat.
Pelemahan IHSG dipicu oleh minimnya sentimen pasar serta aksi ambil untung menjelang libur panjang Natal dan akhir pekan. Saham-saham yang memberikan kontribusi besar terhadap penurunan IHSG antara lain BUMI, BBCA, BRMS, BMRI, dan TINS, di tengah aktivitas pasar yang cenderung menurun jelang tutup tahun.
Di pasar valuta asing, nilai tukar rupiah ditutup stabil di level Rp16.765 per dolar AS pada perdagangan sore. Sepanjang sesi, rupiah bergerak dalam rentang sempit dan sempat melemah mendekati Rp16.800 per dolar AS sebelum kembali menguat ke level penutupan sebelumnya.
Gunawan menilai tekanan terhadap rupiah masih bersumber dari sentimen domestik, terutama rilis data defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Faktor tersebut menjadi pemicu utama pelemahan rupiah, meski data ekonomi AS justru menunjukkan kecenderungan melemah.
Ia menambahkan, secara keseluruhan pasar keuangan domestik belum memperoleh sentimen kuat yang mampu mengubah arah pergerakan harga secara signifikan. Pelaku pasar saat ini masih menanti rilis sejumlah agenda ekonomi AS yang dijadwalkan keluar pada dini hari, yang akan menjadi penentu arah pasar pada perdagangan berikutnya.
Di tengah kondisi tersebut, Gunawan menilai emas tetap menjadi instrumen yang paling diuntungkan, baik dari sisi pelemahan data ekonomi global maupun meningkatnya ketidakpastian geopolitik. Kombinasi kedua faktor itu dinilai masih akan menjaga harga emas tetap kokoh dalam waktu dekat.
