google.com, pub-7586912727531913, DIRECT, f08c47fec0942fa0 Dukung TPL Sebagai Perusahaan Pulp Nasional, Ribuan Hastag Save TPL Bertebaran di Media Sosial

Advertisement

Dukung TPL Sebagai Perusahaan Pulp Nasional, Ribuan Hastag Save TPL Bertebaran di Media Sosial

Editor: Dyan
05 November 2025

ANTARAsatu.com | MEDAN - Sebagai bentuk dukungan terhadap perusahaan Pulp Nasional, PT. Toba Pulp Lestari, Tbk (TPL), ribuan Hastage Save TPL (#saveTPL) bertebaran di sosial media (Sosmed).

Dukungan Sosial Untuk TPL Melalui Medsos

Dikutip dari sejumlah, sosial media seperti Facebook, Istagram dan Tiktok terpampang foto berwarna hijau dengan tulisan #saveTPL dijadikan status maupun postingan di setiap pemilik akun sosial media.

Berdasarkan informasi dilapangan menyebutkan status maupun postingan #saveTPL berhubungan dengan dampak ajakan dan seruan penutupan perusahaan oleh sejumlah kelompok masyarakat.

Dalam beberapa bulan belakangan aksi demo penutupuan perusahaan penghasil Pulp (bubur kertas) terbaik di Sumatera Utara ini memang menjadi tranding topik di sejumlah media.

Namun dari hasil reset penelusuran sejumlah pemberitaan dan sosial media, tidak diketahui apa alasan kuat sekelompok masyarakat melakukan aksi demo penutupan perusahaan yang telah berdiri lebih dari 30 tahun ini.

Bahkan hasil dari audit yang dilakukan oleh sejumlah dinas terkait pemerintahan maupun independepan tidak satupun aturan maupun hukum yang ditetapkan negara dilanggar oleh perusahaan.

Aksi Demo Tidak Mengendepankan Fakta

Ironisnya, aksi demo yang dilakukan sejumlah kelompok dengan membawa isu mulai dari perampasan Tanah Adat di setiap wilayah operasional perusahaan, hingga kerusakan ekologi dari aktivitas perusahaan tidak satupun dapat dibuktikan dengan fakta secara ilmiah, begitu juga dugaan pelanggaran aturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah.

Massa terkesan hanya menggiring isu tanpa mengedepankan hasil dari pencairan fakta atas tuduhan yang disampaikan.

Bila pemerintah tidak dengan sigap memberikan solusi atas peristiwa tersebut dikhawatirkan akan terjadi bentrok antar kelompok masyarakat pendukung yang menolak keberadaan perusahaan yang memiliki ribuan pekerja ini. ***