google.com, pub-7586912727531913, DIRECT, f08c47fec0942fa0 Inflasi Pangan Ancam Sumut, Harga Meroket usai Bencana

Advertisement

Inflasi Pangan Ancam Sumut, Harga Meroket usai Bencana

30 November 2025

 

Banjir yang masih melanda wilayah Kabupaten Tapanuli Tengah, Sabtu (29/11). (Ist. Dok BPBD Sumut)


ANTARAsatu.com | MEDAN - Harga sejumlah kebutuhan pokok di Sumut kembali merangkak naik pada Minggu (30/11) setelah wilayah itu dilanda banjir dan longsor dalam beberapa hari terakhir. Lonjakan harga dipicu pasokan yang lebih sedikit dibandingkan hari normal serta meningkatnya aktivitas masyarakat pada akhir pekan yang mendorong permintaan.


Kenaikan harga mulai terlihat setelah pasokan dan permintaan terganggu sejak Rabu hingga Sabtu lalu. Sejumlah komoditas hortikultura, seperti cabai, bawang dan sayuran, mengalami kelangkaan.


Kondisi itu belum memicu kenaikan harga pada Sabtu karena permintaan ikut anjlok dan banyak rumah makan tutup selama bencana. Namun memasuki Minggu, harga kebutuhan pokok mulai naik meski permintaan belum pulih sepenuhnya.


Dari hasil pemantauan lapangan, harga cabai merah di tingkat pedagang di Medan dan Deliserdang naik menjadi Rp67.000 per kilogram dari sebelumnya sekitar Rp50.000 per kilogram. Di Kabupaten Langkat, harga cabai merah bahkan menembus Rp100.000 per kilogram di level pengecer.


Kenaikan juga terjadi pada komoditas lain, cabai rawit kini berada di kisaran Rp45.000 per kilogram dan cabai hijau sekitar Rp38.000 per kilogram. Harga bawang merah naik ke Rp43.000 per kilogram.


Sementara ikan tongkol dan ikan dencis berada di rentang Rp30.000–Rp35.000 per kilogram. Wortel naik menjadi Rp12.000 per kilogram, kentang Rp10.000 per kilogram dan tomat naik Rp1.000 menjadi Rp6.000 per kilogram.


Ekonom Universitas Islam Sumatera Utara Ginawan Benjamin menilai kenaikan harga ini dipicu oleh lebih dari satu faktor dan diperkirakannya akan bertahan selama masa pemulihan paska bencana.


"Gangguan distribusi dari luar Sumut menjadi penyebab utama," ujarnya, Minggu (30/11).


Gunawan Benjamin.


Sebagian kebutuhan cabai di Sumut, kata dia, biasanya dipasok dari Aceh Tengah, Jawa dan Sumatra Barat. Dengan jalur yang terputus, Sumut sementara waktu harus mengandalkan produksi sendiri.


Di sisi lain, banyak pedagang belum membuka lapak sehingga distribusi tidak merata. Tingginya curah hujan juga menghambat produksi petani, peternak dan nelayan.


Ancaman longsor ikut membayangi karena dapat memperburuk distribusi. Dalam sebulan ke depan, sejumlah komoditas diperkirakannya masih berisiko naik.


Kebutuhan protein seperti daging ayam, telur ayam dan daging sapi juga memiliki potensi kenaikan, terlebih jika harga jagung sebagai bahan pakan kembali melonjak.


Saat ini harga jagung masih berada di kisaran Rp7.200–Rp7.500 per kilogram. Namun pasar menunggu bagaimana tingkat keseimbangannya setelah perusahaan pakan kembali beroperasi pascabanjir.


Komoditas hortikultura juga menurut dia perlu diwaspadai meski harga cabai merah berpeluang turun dari Rp100.000. Namun harga diperkirakannya masih berada di rentang Rp50.000–Rp80.000 per kilogram pada pekan pertama Desember.


Potensi harga bertahan tinggi juga berlaku bagi cabai hijau, cabai rawit, bawang merah dan berbagai sayuran. Dengan kondisi pasokan yang minim, distribusi terganggu dan cuaca ekstrem yang masih berlangsung, Sumut menghadapi ancaman inflasi pangan besar memasuki Desember.