Ilustrasi.
ANTARAsatu.com | TAPANULI SELATAN - Selama 15 tahun, Umar Siregar hidup dalam bayang-bayang kegelapan. Aktivitasnya sebagai warga Kelurahan Silandit, Padangsidimpuan, Sumut, sangat terbatas.
Setiap kali hendak ke luar rumah, ia harus dituntun orang lain. Namun, awal tahun 2024 menjadi titik balik dalam hidupnya. Berkat program operasi katarak gratis PT Agincourt Resources (PTAR), pengelola Tambang Emas Martabe, Umar akhirnya bisa melihat kembali dunia dengan jelas.
"Rasanya luar biasa sekali. Selama 15 tahun saya kehilangan banyak hal, tetapi berkat program ini saya merasa mendapatkan kehidupan baru," ujarnya.
Dia merasa sangat bersyukur dan berterima kasih kepada Agincourt Resources karena program operasi katarak gratis ini telah mengembalikan semangat dan kualitas hidupnya.
Kini, ia bahkan sudah bisa mengendarai sepeda motor secara mandiri. Kisah Umar adalah salah satu dari ribuan cerita sukses program operasi katarak gratis yang digelar PTAR sejak 2011.
Tahun ini, program "Buka Mata Lihat Indahnya Dunia" diselenggarakan di lima rumah sakit dengan target 1.400 mata. Menurut General Manager Operations & Deputy Director Operations PT Agincourt Resources (PTAR) Rahmat Lubis, program ini merupakan bentuk kontribusi nyata perusahaan untuk masyarakat pra-sejahtera.
"Melalui operasi katarak, kami ingin membantu masyarakat mendapatkan kembali penglihatan sehingga mereka dapat kian produktif dan mandiri," ujarnya.
Program yang sejalan dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) ke-3 ini akan berlangsung dalam 17 kali sesi operasi di Rumah Sakit Bhayangkara Batang Toru (26-28 September dan 3-5 Oktober). Kemudian di RSUD Pandan (17-19 Oktober), RSUD Sipirok (24-26 Oktober), RS Mata Siantar (21-23 November) dan ditutup di RS Mata Mencirim 77 Medan (29-30 November).
Senior Manager Community PTAR Christine Pepah menambahkan, tahun ini perusahaannya kembali menggandeng RS Mata Mencirim 77 Medan yang telah berpengalaman melakukan operasi katarak sejak 2005.
Direktur RS Mata Mencirim 77 Medan, dr. Syarifuddin A., Sp.M, mengungkapkan beberapa gejala katarak. Meliputi pandangan yang mulai samar, ukuran kacamata yang kerap berubah, kesulitan melihat jelas pada malam hari, hingga muncul lingkaran cahaya ketika melihat sumber cahaya.
"Pekerjaan yang sering terpapar sinar matahari juga meningkatkan risiko katarak. Pasien biasanya juga merasakan warna yang terlihat pudar serta objek yang tampak ganda," tambahnya.
Untuk operasi katarak, pihaknya menggunakan teknik Manual Small Incision Cataract Surgery. Tindakan ini dilakukan dengan membuat sayatan sepanjang 5-7 milimeter di sisi bola mata dan kemungkinan membutuhkan jahitan yang lebih sedikit.
Durasi pengerjaan relatif singkat karena hanya memakan waktu sekitar 10 sampai 15 menit. Sedangkan masa pemulihan umumnya sekitar 1 bulan.
Hingga 2024, program tahunan ini telah membedah 12.173 mata katarak pada 10.684 orang. Pasien termuda berusia 8 bulan dan tertua 108 tahun, berasal dari berbagai daerah di Sumatra Utara.
Tidak hanya memulihkan penglihatan, program ini telah mengembalikan harapan dan kemandirian hidup masyarakat. Membuktikan bahwa kesehatan mata bukan sekadar persoalan medis, tetapi juga tentang memulihkan martabat dan kualitas hidup manusia.