google.com, pub-7586912727531913, DIRECT, f08c47fec0942fa0 Kebijakan Moneter Bank Sentral Jepang Berpeluang Picu Bencana Keuangan Global dan Berimbas ke RI

Advertisement

Kebijakan Moneter Bank Sentral Jepang Berpeluang Picu Bencana Keuangan Global dan Berimbas ke RI

30 Desember 2025

 

Gedung Bank Sentral Jepang.


ANTARAsatu.com | MEDAN - Kebijakan moneter Bank Sentral Jepang (BoJ) yang semakin hawkish dinilai berpeluang memicu gangguan serius di pasar keuangan global dan berimbas ke Indonesia. Dampak kebijakan tersebut mulai dicermati pelaku pasar karena berpotensi mendorong capital outflow, menekan aset berisiko, dan mengubah arus pembiayaan global.


Ekonom Universitas Islam Sumatera Utara (UISU) Gunawan Benjamin menilai tren kenaikan suku bunga acuan BoJ dapat menghilangkan salah satu sumber pembiayaan murah dunia yang selama ini menopang stabilitas pasar keuangan.


"Kebijakan BoJ yang semakin agresif berpotensi memicu gangguan baru di pasar keuangan global dan menjadi beban bagi mata uang serta aset berisiko," katanya, di Medan, Selasa (30/12).


Ia menjelaskan, penguatan Yen Jepang yang sempat terjadi tajam pada semester pertama 2025 menjadi sinyal awal perubahan arah kebijakan moneter BoJ. Kenaikan bunga acuan di Jepang berisiko meningkatkan biaya dana global dan memicu tekanan inflasi di berbagai negara.


Gunawan menyebut, jika BoJ melanjutkan tren pengetatan moneter, arus modal global berpotensi kembali ke Jepang. Kondisi tersebut dapat mendorong aliran dana keluar dari negara berkembang, termasuk Indonesia.


Dampak kebijakan BoJ mulai tercermin pada pergerakan pasar keuangan domestik. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sepanjang sesi perdagangan lebih banyak bergerak di zona merah sebelum akhirnya ditutup menguat tipis 0,03% di level 8.646,938.


Penguatan IHSG ditopang sejumlah saham perbankan dan energi seperti BBCA, BMRI, ENRG, PTRO, dan BBNI. Namun tekanan datang dari saham-saham seperti BBRI, ANTM, ADRO, TINS, dan TLKM.


Pergerakan IHSG sejalan dengan mayoritas bursa saham Asia yang cenderung melemah dan bergerak sideways di tengah minimnya sentimen pasar menjelang pergantian tahun. Ketidakpastian arah kebijakan moneter global menjadi faktor yang menahan penguatan bursa regional.


Di pasar valuta asing, nilai tukar rupiah ditutup menguat di level 16.755 per dolar AS. Penguatan rupiah terjadi di tengah melemahnya dolar AS terhadap sejumlah mata uang Asia.


Gunawan menilai penguatan rupiah turut berkontribusi menjaga IHSG tetap bertahan di zona hijau. Pelemahan dolar AS tidak terlepas dari dinamika pergerakan Yen Jepang yang semakin sensitif terhadap kebijakan suku bunga BoJ.


Selain pasar saham dan mata uang, kebijakan moneter Jepang juga berpotensi menekan harga emas. Gunawan menyebut kebijakan hawkish BoJ dapat menggerus sentimen fundamental yang selama ini menopang harga emas dunia.


Pada perdagangan sore, harga emas dunia tercatat berbalik menguat di level 4.387 dolar AS per ons troy atau sekitar Rp2,37 juta per gram. Penguatan tersebut terjadi setelah harga emas sempat tertekan pada sesi perdagangan pagi.


Meski demikian, pelaku pasar masih mewaspadai kelanjutan kebijakan BoJ ke depan. Gunawan menilai dampaknya terhadap pasar keuangan Indonesia memang belum terasa secara menyeluruh, namun risikonya tetap signifikan.


Menurut dia, arah kebijakan BoJ yang membuka peluang kenaikan suku bunga lanjutan berpotensi menjadi pemicu bencana baru di pasar keuangan global. Situasi tersebut dinilai perlu diantisipasi otoritas dan pelaku pasar di Indonesia.