ANTARAsatu.com | MEDAN - IHSG dan Rupiah sama-sama menguat pada awal perdagangan Kamis (11/12), setelah Bank Sentral AS (The Fed) memangkas suku bunga acuannya sebesar 25 basis poin.
Kebijakan ini langsung mempersempit selisih bunga acuan antara The Fed dan BI 7-Day Repo Rate. Membuka ruang penguatan lebih besar bagi Rupiah terhadap Dolar AS.
Ekonom UISU Gunawan Benjamin mengatakan, pemangkasan bunga acuan tersebut memberi sentimen positif untuk pasar keuangan domestik.
"Dipangkasnya bunga The Fed memberikan ruang bagi Rupiah untuk menekan kinerja Dolar AS dan menjadi katalis penguatan IHSG," ujar Benjamin di Medan, Kamis (11/12).
Sebelum keputusan ini, The Fed menghadapi tekanan politik, tekanan pasar yang menuntut pelonggaran, hingga rilis sejumlah data ekonomi AS yang mengecewakan. Pemangkasan suku bunga akhirnya membawa level suku bunga acuan The Fed ke rentang 3,5%–3,75%.
Kebijakan tersebut juga mengangkat sentimen di bursa saham AS, yang berpotensi menular ke bursa Asia. Harga emas ikut menguat dan saat ini berada di level US$4.220 per ons troy atau sekitar Rp 2,27 juta per gram.
Di pasar domestik, IHSG dibuka menguat di level 8.764, sedangkan Rupiah diperdagangkan menguat di kisaran Rp 16.650 per dolar AS. Benjamin menilai penyempitan selisih suku bunga antara AS dan Indonesia menjadi faktor pendukung utama penguatan Rupiah.
Namun ia mengingatkan adanya kekhawatiran baru dari pelaku pasar. The Fed memberi sinyal bahwa pemangkasan suku bunga di tahun depan kemungkinan lebih sedikit.
"Hal ini mengindikasikan sikap yang lebih hawkish dan menunjukkan bahwa arah kebijakan moneter selanjutnya sangat bergantung pada dinamika data ekonomi AS," pungkasnya.
